• Raef's Collection - You Are The One

    Jaman sekarang nasyid udah mendunia kawan, penyanyi-penyanyi luar negeri yang ganteng2 jadi salah satu daya tarik bagi para pendengar nasyid. Lama-lama makin banyak deh yang dengerin nasyid daripada lagu-lagu melo pop yang bikin galau.. hehe

    Maher zain dan sami yusuf contohnya... albumnya udah menyebar ke semua penjuru dunia. Dari anak kecil sampe kakek nenek pasti suka denger lagu-lagu yang mereka dendangkan. Nah...sekarang nambah lagi satu penyanyi nasyid yang ganteng.. Raef Namanya.. lagu-lagunya pas banget buat anak muda. 

    Salah satu lagu favoritku adalah 'Jumuah' dan 'You are the One'. Asyik banget deh...apalagi liat album path nya. Bisa di cek deh sob :D 


    You Are The One
    I thought of this before over a million times

    Who would’ve ever thought that it would be our time?
    I just know it, ’cause you’re the one
    It ain’t a selfish love, when I’m with you
    You remind me of Allah, and so I know it’s true
    I’ll just say it: you are the one

    Won’t you be my BFF (best friend forever) and ever?

    Won’t you be my partner after this world?
    We’ll see it, when we believe it together
    Dreams are meant to be, ’cause you’re the one for me

    I never thought that I would ever feel this way

    I ask Allah to bless you every single day
    I’ll just say it, ’cause you’re the one
    And when times are tough, and we’ve got the world to see
    Standing right beside you is where I want to be
    I just know it: you are the one

    Won’t you be my BFF (best friend forever) and ever?

    Won’t you be my partner after this world?
    We’ll see it, when we believe it together
    Dreams are meant to be, ’cause you’re the one for me

    I prayed about this just over a million times

    Who would ever thought that I could call you mine?
    I just know it, ’cause you’re the one
    And when there’s gray in our hair and we’ve not much to do
    I want to spend the rest of my days with you…
    Oh don’t you know it?
    You are the one, you are the one
    Oh won’t you be the one?

    Late Post, Sampai Sekarang Masih Cinta

    Tulisan ini hanya sebagian dari perasaan yang muncul sejak awal bertemu dengan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia-red). Dulu, kini dan nanti dengan kebenaran ideologi dan aksinya, semoga tetap menjadi organisasi mahasiswa yang selalu dicinta.
    Awass... Virus Cinta KAMMI Gak Disadari Lho Datengnya!
    Masuk dunia kampus, kalo ingat ceritanya sang kakak, rasanya sangaaaat mengenakkan. Kuliah ga penuh, tugas ga berat-berat; bisa ngerjain bareng pula, pakaian sudah lepas dari yang namanya seragam, bisa berekspresi,  dan yang lebih enak lagi nih…temennya banyak! Secara yang namanya universitas lingkupnya sudah cukup luas, mahasiswanya mesti datang dari berbagai daerah. Bisa pilih-pilih tipe, mau yang gaul, kuper, standar, pinter, jenius, super jenius-terserah kita. Bahkan di kampus, kita sudah bisa mengukir masa muda. Kini banyak fasilitas yang terbuka untuk level mahasiswa, tinggal manfaatkan saja, dunia bisnis, olahraga, seni, jurnalistik dan fasilitas-fasilitas mengenakkan lainnya. Kesempatan untuk sekedar berleha-leha dan bermain-main pun banyak. O lala…enaknya jadi mahasiswa.
    Orang yang belum merasakan pengalaman sesungguhnya memang belum tentu tepat dalam membayangkan apa yang dikatakan orang lain. Beberapa minggu setelah disambut kepala Rektor dalam penerimaan mahasiswa baru 2010, awan mendung pun mulai datang. Tugas mahasiswa baru menjulang bak gunung Himalaya, agenda kumpul dengan teman seangkatan bahkan lebih sering daripada mata kuliah Agama. Apa ini…???!! masa ospek masih berlanjut??  Yang dulu berpakaian hitam putih 3 hari berturut-turut apa namanya? Oh tidaaak…luntur sudah mimpi refreshing sejenak setelah berbulan-bulan dihantui Ujian SMA.
    Buku chemo, ya…inilah tugas yang dirasa paling berat dalam rangkaian Ospek atau lebih dikenal dengan Pembinaan Mahasiswa Baru (PMB)  yang berjalan 1 semester lamanya. Gimana nggak berat, kami mahasiswa baru diminta untuk berkenalan dan mencantumkan biodata kakak tingkat kami sebanyak lebih dari 100 orang dalam beberapa minggu saja. Hari-hari terasa sangat sangat sibuk. Sampai suatu ketika mba-mba yang tinggal satu wisma (kosan khusus muslimah) denganku berkata. “Udah deh, jangan terlalu berkutat dengan tugas-tugas PMB dek. Refreshing dulu aja sejenak, nanti kamu malah kecapean n stress. Nih mba punya acara yang bagus. Ikut ya…ada outbond nya pula”. Sebenarnya dalam hati aku sedikit ‘menggerundel’. Cukup wajar lah kalo dulu aku kesal, lagi banyak-banyaknya tugas kok malah disuruh ikut kegiatan lain.  Tapi apalah daya, tak enak rasanya jika menolak tawaran mba yang satu ini.
    Inilah awal aku mengenal organisasi ini, lewat sebuah training yang tak niat aku ikuti pada awalnya. Dauroh Marhalah 1, detik-detik awal masuk kedalam ruangan, hal pertama yang kulihat adalah lambang KAMMI, sebuah gerakan yang aku sendiri belum tau sebelumnya. Dulu di Kampus dekat rumah asalku belum ada yang namanya KAMMI. Ditambah aku melihat kok panitianya kayak anak-anak rohis ya…apalagi mba-mba nya, jilbaber banget! Terlihat agak ‘ekstrim’…Maklum dulu masih belum rapi jilbabnya…hehe. Sempat shock dengan materi-materi yang disampaikan, islamiii semuanya, apalagi materi ke-KAMMI-an dan manajemen aksi. Apaan nih??? Dalam hati sempat su’udzon, jangan-jangan si mbak kos mau menjerumuskanku biar jadi mahasiswa tukang demonstransi. Astaghfirullah…tapi bukan tipeku sebagai pemberontak lantas kabur dari acara. Kubiarkan jasadku tetap stay diruangan, mencoba membuka fikiranku untuk menerima materi.,.karena seingatku, yang disampaikan tak ada yang menyimpang dari ajaran islam yang pernah kupelajari.
    ‘Syahadatain’ sebuah perkenalan awal aku denganya, KAMMI. Sebuah organisasi yang kupandang ‘anarkis’ ternyata mengajariku hakikat iman. Merenungi diri, bahwa iman ini masih belum mantap bertengger didalam jiwa, KAMMI organisasi yang mengajariku keindahan Takwa. Kepribadianku yang sedikit banyak omong dan cukup penasaran membuatku banyak bertanya dan berdiskusi, supaya lebih faham secara mendalam, daripada mengganjal di hati kan… 
    3 hari berlalu, rasanya lumayan memuaskan. Walaupun outbond yang diiming-imingi mba kos ternyata hanyalah games biasa - tak membuatku kecewa, melainkan senang dan benar-benar bisa merefresh dari kepenatan PMB. Panitianya yang ramah…membuat kerasaaa banget suasana ukhuwah sesama muslim, sosok anggota KAMMI yang ternyata banyak menjadi mahasiswa prestatif dan menjadi tokoh dikampus pun cukup menarik perhatianku. Dan ini nih 2 hal yang membuatku cukup terkesan…satu, jadi peserta terbaik akhwat (wanita)-peserta yang awalnya gak niat bangeeettt bisa disulap jadi peserta terbaik bagaimana bisa?? Dan yang kedua, ternyata buku chemo yang pada pertengahan malam kedua diminta sama panitia sejurusan ternyata mereka isi…lebih dari 10 biodata panitia KAMMI tercantum di buku kuning biru ini…ini namanya sambil menyelam minum air, makasih banyak yaa mas mba panitia, kalian membuat mataku berkaca-kaca B).
    Pelantikan sebagai Anggota Biasa 1 di akhir acara cukup membuat dag-dig-dug. Sedikit bimbang dan ragu, ini artinya aku bakal jadi anggota KAMMI. Bukan karena alasan tak berminat dan benci, tapi ini berarti kedepan aku bakal jadi dan harus jadi aktivis muslim kampus yang komitmen dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar…dan tanpa kusadari takbir riuh memenuhi ruangan, oh…aku telah resmi menjadi anggota KAMMI. Mataku berkaca-kaca lagi…terharu.
    Begitulah awal masuknya virus cinta KAMMI yang lama-lama mulai tumbuh semakin besar. Tentu bukan sekedar cinta terhadap sistem KAMMI, tapi menjadikanku bertambah cinta pula terhadap islam melalui organisasi ini. Betapa tidak, islam ternyata mengajarkan umatnya untuk tidak sekedar memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan jasad hidup orang lain.
    Melalui Rohis dan KAMMI, aku diajarkan untuk kuliah yang tak sekedar kuliah biasa…standar kuliah biasa ya hanya sekedar ngampus, makan di kantin, lalu balik lagi ke kos. Melainkan diajarkan untuk berdakwah kepada orang lain. Ditengah perjalanan, sempat terbersit…kenapa harus KAMMI yang kupilih?? apalagi setelah label ke-KAMMI-an ku lama-lama mulai terlihat dimata teman-teman bahkan dosen pengampu,  aku merasa kenapa dakwah ku terasa tak seluwes dulu ketika belum terlihat identitasku sebagai seorang KAMMI, kenapa sekarang lebih berat, kenapa tantangannya lebih kentara, kenapa, kenapa dan kenapa? semua aral terpampang jelas di depan wajah, cuma karena satu alasan: karena aku adalah “KAMMI”. Hingga suatu waktu aku mendapatkan pencerahan setelah menelaah lebih dalam tulisan Hasan Al-Banna, bahwa ketika Al Haq mulai menyeruak ke permukaan maka kebatilan pun tak akan serta merta tinggal diam, selama itu pula kebatilan akan merongrong dan menunjukkan kedengkiannya. Kalau tak berat bukan dakwah namanya. Pernah kubaca sebuah ungkapan, bahwa suatu kali kawan, untuk menemui musuh kau tak perlu bersusah payah mencarinya, cukup tunjukkan identitas (kebenaran) mu niscaya dia akan terlihat jelas depan matamu. Dan saat di hadapanmu jangan pernah lari dan berbalik, karena itulah tantanganmu sesungguhnya.
    Inilah sepenggal narasi tentang aku dan kecintakaanku akan KAMMI. Sampai kapanpun melalui KAMMI dan jalan dakwah yang aku tempuh lainnya, aku berusaha untu kokoh di jalan ini.
    21 Febuari 2012 (baru terpublish)

    Mengapa Aktivis Dakwah Kampus harus prestatif?


    Masih teringat  sebuah pesan yang diucapkan ketika ibu mengantarkan saya menuju gerbang perkuliahan, “Belajar yang rajin ya, Nak… agar nilainya bagus dan cepat lulus”.  Sebuah do’a dan harapan dari orang tua yang merawat dan mendidik saya sejak lahir. Tentunya kata-kata ini tak akan saya lupakan, bagaimanapun ini adalah amanah dari orang tua. Sejauh yang saya pahami kita wajib mematuhi orang tua selama ia tidak mengajak untuk menyekutukan Allah. Saya yakin semua orang tua mempunyai harapan yang sama bagi anaknya yang merupakan mahasiswa. Menjadi pribadi yang sukses yang dalam pengetahuan mereka parameter kesuksesan di kampus ini adalah cepat lulus dan IP memuaskan.

    Prestasi adalah suatu hasil usaha yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang diusahakan. Saya kira tak ada salahnya jika saya menganggap bahwa aktivis kampus yang lulus cepat dengan IPK yang baik merupakan suatu prestasi yang membanggakan dan patut ditiru, dan saya rasa semua orang tua pun menganggap hal yang sama. Pasalnya karena memang IPK merupakan salah satu parameter keberhasilan mahasiswa selama menempuh jenjang perkuliahannya.
    IPK atau indeks prestasi kumulatif (GPA or grade point average) merupakan nilai akhir evaluasi seorang mahasiswa selama jenjang perguruan tinggi baik tahap sarjana, master maupun tahap doktoral. Tidak dapat dipungkiri IPK menjadi tolak ukur kecerdasan akademiki seseorang dalam bidang tertentu di kampus secara de jure.
    Dalam hal penyikapan sebagai seorang Aktivis dakwah Kampus (ADK), IPK sesungguhnya begitu penting bagi seorang ADK. Setidaknya, menurut saya ada 3 hal urgensi dari IPK tersebut khususnya untuk perjalanan dakwah kita.
    Pertama, IPK atau prestasi akademis merupakan sarana syi’ar yang penting bagi ADK untuk dakwah fardhiyah dan rekrutmen. Lingkungan kampus berisi orang-orang pandai yang memiliki intelektualitas tinggi dan logis. Objek dakwah di lingkungan ini yakni pertama diri kita, mahasiswa, dosen dan staf yang ada di kampus memiliki karakter tersendiri. Dosen dan mahasiswa merupakan dua elit yang sangat berperan di sivitas akademika. Dimata mereka orang yang dianggap hebat adalah mereka yang memiliki prestasi akademis yang tinggi dan mampu memecahkan persoalah secara ilmiah. Ketika IPK kita hancur apalagi sampai Drop Out, tentunya kita sebagai aktivis dakwah tentunya akan lebih sulit mendakwahi objek dakwah kita di kampus. Akan lebih berat pula untuk mendakwahi mahasiswa yang tertarik dengan karya tulis dan kegiatan ilmiah diluar aktivitas kuliah sedang kita sendiri berat untuk melakukannya. Jika ada yang beranggapan bahwa tanpa ditunjang prestasi yang baikpun seorang ADK masih bisa berdakwah, apalagi jika ADK tersebut ditunjang dengan prestasi yang baik? Karena dalam sejarah para nabi, sahabat, dan alim ulama berdakwah memiliki prestasi untuk dijadikan kekuatan dalam syiarnya.
    Kedua merupakan sebuah keniscayaan bagi seorang ADK untuk menjadi qudwah atau teladan bagi setiap objek dakwah dalam berbagai aspek termasuk akademis.  Di dalam Islam keteladanan itu menjadi sangat penting. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan Rasulullah Muhammad Shallahu ’Alaihi Wassalam sebagai teladan bagi kaum muslimin.
    “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzab : 21)
    Begitu juga seorang ADK, harus senantiasa bisa memberikan keteladan dalam berbagai aspek, tidak hanya ubudiyah dan akhlakul karimah saja tapi juga aspek akademis. Jangan sampai aktivis dakwah berdalih atau membenarkan IPK kita rendah karena kesibukan dalam amanah dakwah. Apalagi sampai keluar ungkapan bahwa “ IPK di bawah 2.00 bahkan Drop Out adalah syahidnya seorang ADK”.
    Seorang ustadz yang pernah menyusun trilogi dakwah kampus (Da’wi, Ilmi dan Siyasi) mengatakan bahwa buruknya prestasi kader itu terjadi karena kurangnya kedisiplinan dari kader dalam mengatur urusannya. Dan sesungguhnya ikhwah fillah, aktivitas dakwah kita tidaklah mengambil waktu belajar atau kuliah kita, tapi hanya mengambil waktu yang kurang bermanfaat dari diri kita atau sedikit waktu tidur kita. Maka jikalau prestasi akademis kita menurun, sungguh itu karena kesalahan kita sendiri.
    Dan yang ketigaIPK yang bagus merupakan kunci untuk membuka gerbang menuju dakwah profesi.  Dakwah ini jalan panjang. Perlu kita sadari bahwa dakwah kita tidak hanya sebatas berhenti di kampus saja. Akan tetapi harus berlanjut bahkan lebih gencar di dunia profesi. Tiga sektor pasca kampus yaitu public sectorprivate sector dan third (social) sector merupakan lawan dakwah yang harus kita hadapi guna menyebarkan fikrah islam dan membentuk bi’ah islami di tempat kita bekerja. Apalagi jikalau pekerjaan kita menyangkut hajat hidup orang banyak atau menyangkut kepentingan publik, sangat penting untuk menjaga agar tidak terjadi penyelewengan fungsi yang bisa merugikan masyarakat. Dan fungsi itu tidak kita bisa kita tunaikan apabila kita tidak bisa memasuki sektor tersebut. Realitanya kebanyakan dari sektor publik dan privat menghendaki standar IPK minimal agar kita bisa bekerja di sana dan itu adalah syarat administrasi awal. Oleh karena itu, tentu kita akan kesulitan berdakwah di sana kalau IPK kita tidaklah bagus atau paling memenuhi standar minimal.
    Pada akhirnya tiada prestasi berarti tanpa niat dan ikhtiar. Oleh karena itu, mari kita sebagai Aktivis Dakwah Kampus senantiasa memperbaiki diri kita guna menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang memberikan keteladan dalam ubudiyahakhlakul karimah, aktivitas dakwah dan juga dalam hal prestasi akademis. Insya Allah dengan ikhtiar yang kuat dan doa yang tulus, Allah akan memberikan hasil terbaik atas usaha-usaha yang kita lakukan. Wallahu ‘alam bisshawab.

    (Dikutip dari berbagai sumber)

    Dibalik Cinta eL - Dia Menjaga eL dengan caraNya

    Elfasha Nahla Laila. Menghabiskan masa kecilnya dengan bermimpi. Memimpikan setumpuk bintang yang bisa ia gantungkan di medalinya. Melewati hitam putih hidup dengan senyum dan sapaan manis. Ia tak pernah mau terlihat lemah dan murung dihadapan orang lain, walaupun sebenarnya hatinya lembut dan rapuh.

    Sejak menginjak usia remaja eL sudah punya mimpi untuk menorehkan banyak karya, akademik ia kejar semaksimal mungkin, peluang untuk berkontribusi dan bermanfaat ia ambil sebanyak mungkin. Apa-apa yang bisa menghambatnya, sebisa mungkin ia hindari. Termasuk rasa cinta pada lawan jenis. 

    Karakter eL yang supel membuatnya mempunyai banyak teman, dan ia senang akan hal itu. Tak terkecuali para kaum adam. eL sering tak sadar, dari sekian banyak teman yang dekat dengannya, ada diantara mereka yang menyukainya. Mungkin karena eL selalu tampil begitu sederhana dan apa adanya. Lalu perasaan suka itu mengalir begitu saja, ia datang dengan sendirinya. Tak pernah diminta, atau pun dicari.
    Waktu SMP, mamanya pernah berkata, "Jangan pacaran dulu ya...kamu masih kecil, kalo sudah SMA baru boleh pacaran". eL hanya menjawab, "Siap, Ma". Padahal tak dilarangpun eL tak akan berpacaran.
    Menginjak bangku SMA, saat di mana para remaja mulai banyak mengalami masa pubertas dan emosi yang tinggi, lebih senang bermain dengan teman sebayanya, lebih berani mengungkapkan perasaan dengan lawan jenisnya, eL justru banyak mengembangkan potensi dirinya. Akademik dan soft skill yang menjadi teman terbaik saat itu, meski ia pun tak jarang berkumpul bercanda ria dengan kawan-kawan sebayanya.
    Saat itu pertanyaan mamanya mulai berubah, "Risa, nova, maya pacarnya teman sekelas eL ya? terus pacar eL yang mana?". eL lalu menjawab, "Pacarannya nanti saja ya, Ma". Mamanya tersenyum, baguslah...
    Keputusannya untuk tidak berpacaran bukan berarti eL tidak pernah punya perasaan spesial pada lawan jenis, tentu saja ada. Ia pernah menyukai ketua bidang pendidikan OSIS di SMP nya, juga pernah menyukai ketua English club SMA. Tak disangka mereka pun menyukai eL. Namun entah mengapa, ketika mereka mengungkapkan rasa sukanya pada eL, ia merespon dengan tak biasa. Bukan bahagia, bukan suka cita, eL justru marah dan kecewa.
    Organisasi remaja muslim merupakan organisasi yang banyak menghabiskan waktu eL untuk belajar mengasah soft skill dan mengembangkan diri. Teman-teman yang ia dapatkan disana begitu banyak membuatnya betah dan terkesan. Cerdas, baik dan shalih. Banyaknya agenda yang dilakukan di waktu siang dan malam hari membuat eL menganggap anggota remaja muslim sebagai saudara-saudaranya. Aditya Ramadhan, sang ketua yang diidolakan para siswi karena tampan dan cerdas diam-diam menyukai eL. Namun ia berusaha menyimpan perasaannya sampai waktu yang tepat. Ia tak mau mengganggu fikiran eL yang asyik dengan prestasi dan hobinya. Sampai ketika perpisahan sekolah, Adit memberanikan diri berbicara pada eL, "Aku sudah lama menyukaimu, tapi aku baru berani mengungkapkannya hari ini. Karena aku tak mau kita berpisah setelah ini eL". Perasaan eL campur aduk, dari dulu ia sebenarnya mengagumi Adit. Mengagumi dalam setiap diam. Namun entah kenapa ia kini sangat kecewa dan marah Adit mengungkapkan perasaan padanya. "Maaf aku kurang berkenan, kamu sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Itu saja. Bagaimana mungkin kamu menginginkan aku menganggap mu lebih dari itu?" Lalu eL pergi dan segan bertemu Adit kembali.
    eL tak pernah mengerti kenapa ia harus marah dan kecewa setiap kali ada yang mengungkapkan rasa suka padanya, bahkan pada orang yang sangat ia sukai sekalipun. Apakah ia begitu egois? sehingga sampai saat ini ia tak pernah berpacaran? Atau justru ini adalah cara Allah menjaganya? menjaga hatinya yang lembut agar tetap putih dan suci, agar cinta eL terpanjatkan hanya untukNya sahaja, sampai datangnya waktu yang tepat menjemput eL pada pelabuhan cinta yang halal.

    Kawanku, Mengapa Kau Buka Jilbabmu?


    Saat itu adalah masa dimana kami mahasiswa semester 7 mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 35 hari. Atas rencana Allah, aku ditempatkan di kabupaten Kendal - Jawa tengah. Kami satu tim, 6 putri dan 4 putra diberikan tempat tinggal yang sama. Satu atap, hanya bersebelahan kamar.

    Sebelumnya aku sudah mempersiapkan diri jika kondisi ini terjadi. Aku adalah wanita berjilbab. Sudah selayaknya bagiku untuk tetap menjaga diri dalam kondisi apapun selama KKN, termasuk serumah dengan lawan jenis. Persediaan Jilbab, kaus kaki, dan baju ganti yang senantiasa menutupi aurat.
    Hari pertama di tempat tinggal sementara ini kuhadapi dengan kesiapan diri yang maksimal. Apapun yang terjadi aku harus tetap nyaman disini. Alhamdulillah selama masa perkenalan sebelum keberangkatan, aku mengenal teman-teman satu timku sebagai orang-orang yang baik. Dari 5 teman perempuan, 3 orang berjilbab sepertiku. Setidaknya aku punya teman untuk berbagi semangat atau bahkan berbagi pakaian selama di tempat KKN.
    Hal mengagetkan rupanya sangat cepat menampakkan diri di hari pertama itu. 1 orang temanku yang berjilbab melepas jilbabnya begitu saja beberapa jam setelah kami sampai. Tidak berhenti disitu, teman sekamarnya yang juga berjilbab ikut serta membuka jilbabnya. Dua temanku yang tak berjilbab nampak kaget melihat teman kami melepas jilbabnya di depan lawan jenis, apalagi aku. Dan Lengkap sudah ketika teman sekamarku juga memutuskan untuk tidak berjilbab ketika di rumah penginapan, dengan alasan dia membawa baju-baju lengan pendek untuk pakaian sehari-hari.
    Astaghfirullah….saat itu aku hanya bisa memohon ampun pada Allah karena tak bisa menyelamatkan hijab teman-temanku. Dan senantiasa memohon agar aku diberikan keistiqomahan untuk menutup aurat ini apapun kondisinya.
    Kawanku, mengapa kau lepas jilbabmu. Tidakkah kau tahu bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi seorang wanita untuk berjilbab didepan lawan jenis yang bukan mahramnya?

    Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Q.S. An-Nur : 31)

    Lagi-lagi hidup adalah pilihan. Begitu pula soal prinsip dan komitmen. Barangkali sebagian wanita memang belum tahu akan kewajiban menutup aurat ini, atau mungkin sudah faham benar tapi memilih untuk menunda menaati kewajiban tersebut. 

    Wahai kawanku, jikalau kau belum tahu, maka ketahuilah bahwa wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Ia senantiasa menjaga aurat dan kehormatannya. Mematuhi segala perintah TuhanNya. Ialah bidadari yang senantiasa dirindukan syurga. Wahai kawanku, jikalau kau sudah tahu maka laksanakanlah kewajibanmu, dan jika kau merasa belum sanggup maka berdoalah, semoga Allah memudahkanmu menjadi pribadi yang mempesona. Wallahu a’lam.

    Langit di atas Danau


    #BagianTiga
    Landscapes. Itu salah satu yang eL sukai, menatap pemandangan alam. Pantai, gunung, bukit, danau, bahkan langit. Hijau daun yang menyegarkan, hembusan angin yang menyejukkan, pancaran sinar yang menyerahkan, dan suasana alam yang mendamaikan.

    eL rajin menjajaki tempat-tempat yang indah dimatanya. Danau disamping rumahnya adalah tempat favoritnya. Tempat yang wajib dikunjungi ketika kini ia berada jauh dari tanah kelahirannya itu. Menatap jauh ke ufuk barat, menikmati detik demi detik jatuhnya mentari sore. Warna air seolah menguning bak kilauan emas diterpa cahaya senja. Gemericik ombak dan hembusan angin terdengar layaknya alunan melodi alam yang merdu. 

    eL menerawang jauh tentang masa lalu, mimpi, cinta dan harapan, dan dunia lain di luar sana yang sedang ia tinggalkan. Melalui cahaya-cahaya di langit senja itu, pikirannya menerobos waktu. Mengingat kembali mimpi-mimpi masa lalu. eL rindu masa itu. Masa dimana beban sepertinya tak pernah muncul disana, dan asa tak pernah putus ketika ia memandang luasnya langit biru yang terbentang di atas birunya air danau.

    Kini, ia berada jauh dari tempat kelahirannya. Banyak tempat-tempat yang mempesona yang ia datangi, dan dimanapun el berada, ia selalu menemukan langit yang sama untuknya melepaskan semua penat dan lelah. Ya, langitnya memang sama. Tapi kesannya berbeda. Selalu berbeda antara langit disini dan langit di atas danau itu. Entah apa yang membuatnya berbeda. Mungkin karena hangat orang-orang yang disekitar eL berbeda, atau mungkin...eL hanya rindu. Rindu akan sebuah rumah. Rumah yang berada disamping danaunya lah yang membuat kesannya selalu berbeda.