• Late Post, Sampai Sekarang Masih Cinta

    Tulisan ini hanya sebagian dari perasaan yang muncul sejak awal bertemu dengan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia-red). Dulu, kini dan nanti dengan kebenaran ideologi dan aksinya, semoga tetap menjadi organisasi mahasiswa yang selalu dicinta.
    Awass... Virus Cinta KAMMI Gak Disadari Lho Datengnya!
    Masuk dunia kampus, kalo ingat ceritanya sang kakak, rasanya sangaaaat mengenakkan. Kuliah ga penuh, tugas ga berat-berat; bisa ngerjain bareng pula, pakaian sudah lepas dari yang namanya seragam, bisa berekspresi,  dan yang lebih enak lagi nih…temennya banyak! Secara yang namanya universitas lingkupnya sudah cukup luas, mahasiswanya mesti datang dari berbagai daerah. Bisa pilih-pilih tipe, mau yang gaul, kuper, standar, pinter, jenius, super jenius-terserah kita. Bahkan di kampus, kita sudah bisa mengukir masa muda. Kini banyak fasilitas yang terbuka untuk level mahasiswa, tinggal manfaatkan saja, dunia bisnis, olahraga, seni, jurnalistik dan fasilitas-fasilitas mengenakkan lainnya. Kesempatan untuk sekedar berleha-leha dan bermain-main pun banyak. O lala…enaknya jadi mahasiswa.
    Orang yang belum merasakan pengalaman sesungguhnya memang belum tentu tepat dalam membayangkan apa yang dikatakan orang lain. Beberapa minggu setelah disambut kepala Rektor dalam penerimaan mahasiswa baru 2010, awan mendung pun mulai datang. Tugas mahasiswa baru menjulang bak gunung Himalaya, agenda kumpul dengan teman seangkatan bahkan lebih sering daripada mata kuliah Agama. Apa ini…???!! masa ospek masih berlanjut??  Yang dulu berpakaian hitam putih 3 hari berturut-turut apa namanya? Oh tidaaak…luntur sudah mimpi refreshing sejenak setelah berbulan-bulan dihantui Ujian SMA.
    Buku chemo, ya…inilah tugas yang dirasa paling berat dalam rangkaian Ospek atau lebih dikenal dengan Pembinaan Mahasiswa Baru (PMB)  yang berjalan 1 semester lamanya. Gimana nggak berat, kami mahasiswa baru diminta untuk berkenalan dan mencantumkan biodata kakak tingkat kami sebanyak lebih dari 100 orang dalam beberapa minggu saja. Hari-hari terasa sangat sangat sibuk. Sampai suatu ketika mba-mba yang tinggal satu wisma (kosan khusus muslimah) denganku berkata. “Udah deh, jangan terlalu berkutat dengan tugas-tugas PMB dek. Refreshing dulu aja sejenak, nanti kamu malah kecapean n stress. Nih mba punya acara yang bagus. Ikut ya…ada outbond nya pula”. Sebenarnya dalam hati aku sedikit ‘menggerundel’. Cukup wajar lah kalo dulu aku kesal, lagi banyak-banyaknya tugas kok malah disuruh ikut kegiatan lain.  Tapi apalah daya, tak enak rasanya jika menolak tawaran mba yang satu ini.
    Inilah awal aku mengenal organisasi ini, lewat sebuah training yang tak niat aku ikuti pada awalnya. Dauroh Marhalah 1, detik-detik awal masuk kedalam ruangan, hal pertama yang kulihat adalah lambang KAMMI, sebuah gerakan yang aku sendiri belum tau sebelumnya. Dulu di Kampus dekat rumah asalku belum ada yang namanya KAMMI. Ditambah aku melihat kok panitianya kayak anak-anak rohis ya…apalagi mba-mba nya, jilbaber banget! Terlihat agak ‘ekstrim’…Maklum dulu masih belum rapi jilbabnya…hehe. Sempat shock dengan materi-materi yang disampaikan, islamiii semuanya, apalagi materi ke-KAMMI-an dan manajemen aksi. Apaan nih??? Dalam hati sempat su’udzon, jangan-jangan si mbak kos mau menjerumuskanku biar jadi mahasiswa tukang demonstransi. Astaghfirullah…tapi bukan tipeku sebagai pemberontak lantas kabur dari acara. Kubiarkan jasadku tetap stay diruangan, mencoba membuka fikiranku untuk menerima materi.,.karena seingatku, yang disampaikan tak ada yang menyimpang dari ajaran islam yang pernah kupelajari.
    ‘Syahadatain’ sebuah perkenalan awal aku denganya, KAMMI. Sebuah organisasi yang kupandang ‘anarkis’ ternyata mengajariku hakikat iman. Merenungi diri, bahwa iman ini masih belum mantap bertengger didalam jiwa, KAMMI organisasi yang mengajariku keindahan Takwa. Kepribadianku yang sedikit banyak omong dan cukup penasaran membuatku banyak bertanya dan berdiskusi, supaya lebih faham secara mendalam, daripada mengganjal di hati kan… 
    3 hari berlalu, rasanya lumayan memuaskan. Walaupun outbond yang diiming-imingi mba kos ternyata hanyalah games biasa - tak membuatku kecewa, melainkan senang dan benar-benar bisa merefresh dari kepenatan PMB. Panitianya yang ramah…membuat kerasaaa banget suasana ukhuwah sesama muslim, sosok anggota KAMMI yang ternyata banyak menjadi mahasiswa prestatif dan menjadi tokoh dikampus pun cukup menarik perhatianku. Dan ini nih 2 hal yang membuatku cukup terkesan…satu, jadi peserta terbaik akhwat (wanita)-peserta yang awalnya gak niat bangeeettt bisa disulap jadi peserta terbaik bagaimana bisa?? Dan yang kedua, ternyata buku chemo yang pada pertengahan malam kedua diminta sama panitia sejurusan ternyata mereka isi…lebih dari 10 biodata panitia KAMMI tercantum di buku kuning biru ini…ini namanya sambil menyelam minum air, makasih banyak yaa mas mba panitia, kalian membuat mataku berkaca-kaca B).
    Pelantikan sebagai Anggota Biasa 1 di akhir acara cukup membuat dag-dig-dug. Sedikit bimbang dan ragu, ini artinya aku bakal jadi anggota KAMMI. Bukan karena alasan tak berminat dan benci, tapi ini berarti kedepan aku bakal jadi dan harus jadi aktivis muslim kampus yang komitmen dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar…dan tanpa kusadari takbir riuh memenuhi ruangan, oh…aku telah resmi menjadi anggota KAMMI. Mataku berkaca-kaca lagi…terharu.
    Begitulah awal masuknya virus cinta KAMMI yang lama-lama mulai tumbuh semakin besar. Tentu bukan sekedar cinta terhadap sistem KAMMI, tapi menjadikanku bertambah cinta pula terhadap islam melalui organisasi ini. Betapa tidak, islam ternyata mengajarkan umatnya untuk tidak sekedar memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan jasad hidup orang lain.
    Melalui Rohis dan KAMMI, aku diajarkan untuk kuliah yang tak sekedar kuliah biasa…standar kuliah biasa ya hanya sekedar ngampus, makan di kantin, lalu balik lagi ke kos. Melainkan diajarkan untuk berdakwah kepada orang lain. Ditengah perjalanan, sempat terbersit…kenapa harus KAMMI yang kupilih?? apalagi setelah label ke-KAMMI-an ku lama-lama mulai terlihat dimata teman-teman bahkan dosen pengampu,  aku merasa kenapa dakwah ku terasa tak seluwes dulu ketika belum terlihat identitasku sebagai seorang KAMMI, kenapa sekarang lebih berat, kenapa tantangannya lebih kentara, kenapa, kenapa dan kenapa? semua aral terpampang jelas di depan wajah, cuma karena satu alasan: karena aku adalah “KAMMI”. Hingga suatu waktu aku mendapatkan pencerahan setelah menelaah lebih dalam tulisan Hasan Al-Banna, bahwa ketika Al Haq mulai menyeruak ke permukaan maka kebatilan pun tak akan serta merta tinggal diam, selama itu pula kebatilan akan merongrong dan menunjukkan kedengkiannya. Kalau tak berat bukan dakwah namanya. Pernah kubaca sebuah ungkapan, bahwa suatu kali kawan, untuk menemui musuh kau tak perlu bersusah payah mencarinya, cukup tunjukkan identitas (kebenaran) mu niscaya dia akan terlihat jelas depan matamu. Dan saat di hadapanmu jangan pernah lari dan berbalik, karena itulah tantanganmu sesungguhnya.
    Inilah sepenggal narasi tentang aku dan kecintakaanku akan KAMMI. Sampai kapanpun melalui KAMMI dan jalan dakwah yang aku tempuh lainnya, aku berusaha untu kokoh di jalan ini.
    21 Febuari 2012 (baru terpublish)

    0 komentar :

    Posting Komentar