Dibalik Cinta eL - Dia Menjaga eL dengan caraNya
Elfasha Nahla Laila. Menghabiskan masa kecilnya dengan bermimpi. Memimpikan setumpuk bintang yang bisa ia gantungkan di medalinya. Melewati hitam putih hidup dengan senyum dan sapaan manis. Ia tak pernah mau terlihat lemah dan murung dihadapan orang lain, walaupun sebenarnya hatinya lembut dan rapuh.
Sejak menginjak usia remaja eL sudah punya mimpi untuk menorehkan banyak karya, akademik ia kejar semaksimal mungkin, peluang untuk berkontribusi dan bermanfaat ia ambil sebanyak mungkin. Apa-apa yang bisa menghambatnya, sebisa mungkin ia hindari. Termasuk rasa cinta pada lawan jenis.
Karakter eL yang supel membuatnya mempunyai banyak teman, dan ia senang akan hal itu. Tak terkecuali para kaum adam. eL sering tak sadar, dari sekian banyak teman yang dekat dengannya, ada diantara mereka yang menyukainya. Mungkin karena eL selalu tampil begitu sederhana dan apa adanya. Lalu perasaan suka itu mengalir begitu saja, ia datang dengan sendirinya. Tak pernah diminta, atau pun dicari.
Waktu SMP, mamanya pernah berkata, "Jangan pacaran dulu ya...kamu masih kecil, kalo sudah SMA baru boleh pacaran". eL hanya menjawab, "Siap, Ma". Padahal tak dilarangpun eL tak akan berpacaran.
Menginjak bangku SMA, saat di mana para remaja mulai banyak mengalami masa pubertas dan emosi yang tinggi, lebih senang bermain dengan teman sebayanya, lebih berani mengungkapkan perasaan dengan lawan jenisnya, eL justru banyak mengembangkan potensi dirinya. Akademik dan soft skill yang menjadi teman terbaik saat itu, meski ia pun tak jarang berkumpul bercanda ria dengan kawan-kawan sebayanya.
Saat itu pertanyaan mamanya mulai berubah, "Risa, nova, maya pacarnya teman sekelas eL ya? terus pacar eL yang mana?". eL lalu menjawab, "Pacarannya nanti saja ya, Ma". Mamanya tersenyum, baguslah...
Keputusannya untuk tidak berpacaran bukan berarti eL tidak pernah punya perasaan spesial pada lawan jenis, tentu saja ada. Ia pernah menyukai ketua bidang pendidikan OSIS di SMP nya, juga pernah menyukai ketua English club SMA. Tak disangka mereka pun menyukai eL. Namun entah mengapa, ketika mereka mengungkapkan rasa sukanya pada eL, ia merespon dengan tak biasa. Bukan bahagia, bukan suka cita, eL justru marah dan kecewa.
Organisasi remaja muslim merupakan organisasi yang banyak menghabiskan waktu eL untuk belajar mengasah soft skill dan mengembangkan diri. Teman-teman yang ia dapatkan disana begitu banyak membuatnya betah dan terkesan. Cerdas, baik dan shalih. Banyaknya agenda yang dilakukan di waktu siang dan malam hari membuat eL menganggap anggota remaja muslim sebagai saudara-saudaranya. Aditya Ramadhan, sang ketua yang diidolakan para siswi karena tampan dan cerdas diam-diam menyukai eL. Namun ia berusaha menyimpan perasaannya sampai waktu yang tepat. Ia tak mau mengganggu fikiran eL yang asyik dengan prestasi dan hobinya. Sampai ketika perpisahan sekolah, Adit memberanikan diri berbicara pada eL, "Aku sudah lama menyukaimu, tapi aku baru berani mengungkapkannya hari ini. Karena aku tak mau kita berpisah setelah ini eL". Perasaan eL campur aduk, dari dulu ia sebenarnya mengagumi Adit. Mengagumi dalam setiap diam. Namun entah kenapa ia kini sangat kecewa dan marah Adit mengungkapkan perasaan padanya. "Maaf aku kurang berkenan, kamu sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Itu saja. Bagaimana mungkin kamu menginginkan aku menganggap mu lebih dari itu?" Lalu eL pergi dan segan bertemu Adit kembali.
eL tak pernah mengerti kenapa ia harus marah dan kecewa setiap kali ada yang mengungkapkan rasa suka padanya, bahkan pada orang yang sangat ia sukai sekalipun. Apakah ia begitu egois? sehingga sampai saat ini ia tak pernah berpacaran? Atau justru ini adalah cara Allah menjaganya? menjaga hatinya yang lembut agar tetap putih dan suci, agar cinta eL terpanjatkan hanya untukNya sahaja, sampai datangnya waktu yang tepat menjemput eL pada pelabuhan cinta yang halal.